Bekerja dengan Hati
By Admin
JAKARTA - Elvin Sahari, itu nama yang tertera sebagai driver
gojek saya menuju kantor BUKALAPAK. Dari sekian banyak driver gojek yang pernah
mengantarkan saya, beliau salah satu yang paling ramah. Tak hanya itu, beliau
menjalankan semua prosedur driver gojek dan mengemasnya dengan pelayanan ramah
dan santun.
Mulai
dari menyapa saat menjemput saya, meminta maaf karena saya harus menunggu 3
menit (beliau warga jakarta timur yg belum paham lokasi rumah saya, jadi harus
mencari cari), menawarkan semua tools (masker dan penutup kepala), sampai
menanyakan apakah buru-buru atau biasa, agar beliau bisa mengatur kecepatan.
Belum lagi selama perjalanan saat saya ajak diskusi, dia layani dengan sabar,
tidak ada curhat keluhan seperti biasa saya dengar dari driver yg lain. "Jadi
driver gojek lebih baik dari pekerjaan saya sebelumnya pak" demikian
ucapnya singkat.
Ditengah
perjalanan, ada driver gojek yg sedang membawa penumpang terserempet motor
lain, alhasil penumpangnya terkilir, saat gojek lain hanya lewat saja, si bapak
ini meminta maaf ke saya karena beliau ingin membantu mereka.
Disini
saya jadi ikut terlibat, menanyakan kenapa, apa yg bisa dibantu, beliau sampai
mengurut sejenak si korban. Sekitar lima menit berselang, kami lanjutkan ke
lokasi. Sesampai ke tujuan, beliaupun masih bersikap ramah dan hangat, aura
positif selalu ada.
Namanya
mpok Ati, beliau pedagang nasi uduk dan ketupat sayur di pasar tradisional
dekat rumah. Dagangannya selalu ramai dan hampir setiap hari sebelum jam 7 pagi
sudah ludes alias habis, padahal beliau buka jam 5.30. Kebayang kan, cuma butuh
waktu 1,5 jam untuk menghabiskan segerobak dagangan. Selain harga murah dan
rasanya enak, pelayanan beliau juga ramah. "Panggil aje mpok Ati, jangan
pake ibu" demikian ucapnya saat kesekian kali saya beli nasi uduknya.
Selesai jualan, si mpok gak langsung pulang, tapi membeli cemilan atau sayuran
untuk dimasak sendiri dari pedagang yang lain. Dan ini dilakukan sampai jam 9,
belanja dan bercengkrama, membangun silaturahim. Coba lihat, beliau jualan
hanya butuh waktu 1,5jam, tapi beliau memberikan 2 jam untuk bercengkrama dengan
pedagang lain. Setiap bertemu saya pun selalu menyapa. Yang unik, beliau jualan
tidam setiap hari, hanya "seenae' dewe", semaunya sendiri, sesuka
hati.
Tak jauh
dari lokasi mpok Ati,ada mbak Pur, jualan ayam goreng crispy mirip KFC, beliau
dulu memang bekerja di dapur KFC, itu yg membuay saya sering beli dari beliau,
rasanya beda tipis dengan di restoran KFC. Yang menarik lagi harganya, selain
murah, mbak pur terlalu jujur, dia tidak malu menyebut harga beli ayamnya, dan
sering kali bilang "seharusnya harganya Rp 8.000 tapi gak papa deh itu Rp. 7.000
saja",padahal saya belum nawar.
Beda lagi
dengan BUKALAPAK. Sebuah perusahaan marketplace yang sedang naik daun karena
iklannya yang gokil masuk tivi. Selasa kemarin saya berkesempatan menginjungi
kantornya. Konsepnya hampir sama dengan kantor-kantor berbasis IT lainnya
(gugel, facebook, dll), konsep kantor yang memanjakan karyawan dengan
suasananya. Juga para karyawan yg bebas dengan pakaiannya.
Saat saya
mengelola usaha percetakan, konsep kerja berbasis waktu saya ubah ke
produktivitas. Jam kerja bebas, baju bebas, dan bebas dikerjakan dimana saja,
yang penting target tercapai. Seperti tim desainer saya bebaskan mereka bekerja
sambil tiduran, bahkan pekerjaan dibawa pulang. Terbukti berhasil, hasil desain
bagus dan lebih cepat selesai.
Bekerja
dengan hati, ini yang membuat kesemua cerita diatas terjadi. Pak Sahar, mpok
Ati, mbak Pur, mereka menjalankan pekerjaannya dengan hati, seperti hobi,
sepenuh hati. Sehingga yang sampai ke pelanggan bukan sekedar kepuasan hati,
tapi lebih dari itu pancaran energi, energi posistiv. Demikian juga managemen
BUKALAPAK yang membuat karyawannya sehati, sepenuh hati, enjoy tak bertepi.
Karena mereka kerja seperti sedang piknik. Meski penat dengan pekerjaan,
situasi kantor meenenagkan. BUKALAPAK memanusiakan manusia, memberi ruang untuk
berkreasi.
Bekerja
dengan hati, karena mereka sadar rezeki sudah dijamin, tak perlu strees
mencari, cukup menjemput dengan sesuka hati. Mereka juga tau kalau bekerja itu
ibadah, bernilai pahala. Karena hidup memang bukan untuk mencari harta, tapi
jauh dari itu...mencari bahagia. Dan mereka berinvestasi dengan bekerja
bahagia, jadi saat rezeki yang diterima terbatas, kebahagiaan mereka tak
terbatas, karena mereka sudah menimbun bahagia.
Semoga
kita juga bahagia saat bekerja dan usaha.
Agar bisa
berbagi energi posistif pada sekitarnya.
Dan yang
penting,bisa mensyukuri setiap apa yang diberikanNya.
Sumber :Kak Kusnan
www.mokhamadkusnan.com